Selasa, 16 November 2010

A poem from my friend

Kapalku timpang kapalku malang

ada yang berencana duduk 15 hari
ada yang berlari soredan pagi hari
trus yang lain kemana??
haruskah berjuang sendirian??

jika kapal ini tenggelam, apakah mereka akan sedih?
atau malah tersenyum lebar?
atau hanya maaf terucap??
kemana meraka selama ini?


nahkoda berjuang semangat
awak kapal pun tertular
walau hanya wajah yang bersinar
tapi badan hilang tak beralasan

semalang inikah kapal yang aku tumpangi?
dimana aku?
di anjungan kapal kah?
atau di buritan kapal?
aku pun masih ragu

karna sepertinya aku sendirian
tak ada tempat bertanya
mereka ada saat didata
itupun mereka tak semua ada
dengan berbagai alasan
trus kemana merak???

memang kapal ini timpang
datang jika membutuhkan
hilang jika dibutuhkan
dengan berbagai macam alasan

ke depan harus di ubah
tanpa paksaan
dan tanpa saling bermaafan
hanya untuk mengembalikan kapal yang timpang

ada jika dibutuhkan
tak perlu penunjukan
langsung mengajukan
pasti kapal ini akan kencang
walau setengah layar hilang


-------------------------------------------------------

Membaca puisi ini bulu kudukku berdiri, andai aku berada di kapal itu, what will i do. Will i just jump from that boat, and being selfish to just save my self??

Or will i do the best i can to save the ships and all its crew.

Tapi sungguh , kesendirian dalam berjuang bisa jadi sebuah ironi. Jika memikirkan hal itu i will gladly choose the first option.

Walaupun begitu sepertinya aku akan memilih opsi ke2. Walau aku ga tau kapalnya bakal selamat ato engga, it wont be a wasteful effort. Just like William Wallace say, everyman die, but not everyman truly  live

Ganbatte kudasai sobatku. Mari kita semua berjuang menyelamatkan kapal kita masing2 agar bisa sampai di pulau hawaii kita. hehehe (kalo ini materi dari action coach)

Tidak ada komentar: