Senin, 15 November 2010

Journey of my heart

Tulisan ini sebenarnya hanya copas dari blog wordpress saya pertama kalinya saya bisa membuat sebuah kisah yang panjang..dan ingin sekali rasanya ngeshare ke temen2ku skalian. Smoga bermanfaat aminnn

here we go


Preambule

Semuanya berawal dari bertambahnya virus-virus Hedonis.VB yang menyerang sistem pusat sarafku dan menyembunyikan file-file penting ikhlas.dll di kernel hatiku ini. Gangguan virus Hedonis.VB ini benar-benar mengerikan karena dapat mengurangi kemampuan identifikasi file input dari Sang Programmer Kita. Identifikasi file input yang salah berakibat pada pemrosesan yang salah dan berujung pada kumpulan statement output yang dikenal sebagai unknown_condition_of_not_ikhlas.
Simply said, beberapa hari ini tiba-tiba sistem pemaknaan ikhlasku mengalami sedikit gangguan. Aku mensinyalir hal ini terjadi karena adanya kontak yang intens dengan "dunia hedon" selama seminggu ini. Menanggapi degradasi itu, aku tahu aku harus segera menyelamatkan operating sistemku kembali. Satu-satunya cara adalah dengan menjauhi "seluruh dunia" dan sedikit mendekat ke asal semua Operating Sistem Manusia di produksi (dan kelak akan dikembalikan), yaitu "akhirat".
Dengan semangat menggebu kutetapkan hatiku bahwa sore ini aku harus betah meninggalkan dunia,
pergi dari semua konsep-konsepku, pergi dari tugas-tugas kantorku, pergi dari kekhawatiran tentang skripsiku, dan pergi dari keinginanku untuk menonton laskar pelangi. Hatiku kuat, ya, aku memang harus mendekati "akhirat center of Masjid", hari ini juga, sebelum Operating Sistem-ku terlanjur berubah. Sebelum hatiku terlanjur merugi. Sebelum bulan diskon amal besar-besaran berakhir. Aku harus segera mereparasi hatiku. Malam ini aku harus Iqtikaf, mendekatkan Hatiku ke CahayaNya sekejap, dan biarkan fitrah hatiku terpenuhi barang semalam.
Kakiku menuruti hatiku. Kami melangkah bersama dengan sepeda bututku keluar meninggalkan atribut dunia yang selama ini selalu kubanggakan. Bingung aku mau kemana. Namun desir udara di salah satu malam kandidat "the most wanted nigt of lailatul qodar" menyapu kebingunganku. Otakku mulai menjalankan simulasi. Masjid dekat tempatku tinggal segera kuhapus dari perhitungan, bukan karena jelek, atau fasilitas kurang memadai, tapi karena tempat itu terlalu dekat dengan "dunia" yang aku banggakan. Aku ingin berada di suatu tempat yang "I am no one". Maskam!! Sempat terlintas pikiran kuat ke sana.  Namun sekali lagi, tempat itu mengusung kebanggaanku sebagai Mahasiswa (saking bangganya sampai "M"nya ku-kapital-kan) salah satu Universitas Negeri Termahal di industri bisnis pendidikan saat ini. Tidak. Aku ingin yang baru, aku ingin menjadi kecil dihadapan Yang Maha Besar. Dan malam masi melaluiku. Entah kenapa, saat berbelok, wireless card di otakku menangkap gelombang lemah dari arah keraton yang mengajakku untuk pergi kesana. Kuikuti saja gelombang itu. Lima belas menit kemudian kakiku sudah menginjak tanah di suatu pekarangan yang tidak asing, karena aku pernah menginjakknya dua kali sebelumnya. Perfecto. Ini tempat yang memenuhi kriteriaku tentang "im not no one".
Harapanku, perasaan selalu kecil di tempat ini akan menjadi tiket utama permohonan reparasi Hati pada Sang Maha Perubah Hati. Rabb...dengan kaki kecilmu ini aku sampai di "Official Service CenterMu" di dunia, dan dengan kerendahan hati aku mohon kesediaanMu untuk memperbaiki hatiku ini. Tiada kekuatan yang melebihi kekuatanMu, apalagi jika dibandingkan dengan kekuatanku ya Rabb..
Kakiku mantab memasuki kawasan Masjid yang dibangun pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono I oleh seorang arsitek bernama K. Wiryokusumo. Konon dari lingkungan religius disekitarnya muncul gerakan keagamaan Muhammadiyah di tahun 1912 yang dipimpin K.H.A Dahlan. Masjid itu terletak di sebelah barat alun-alun Jogja, dan dikenal dengan nama Masjid Gede Kauman. Kebesaran yang diusung Masjid ini melampaui semua keangkuhanku, aku merasa kecil dan berada di depan suatu yang besar, yang telah lama berdiri dengan kokoh dengan semua kontribusinya.
09.35
Prosedur pertama kulalui, tanganku, mulutku, wajahku, kupingku, rambutku, lenganku, dan kakiku kusucikan dari semua hal yang mengotorinya. Sejuknya udara malam hari ganjil semakin membuai nikmatku ber-thoharoh. Aku telah siap untuk prosesi berikutnya
10.35
Di tengah lantunan ayatNya hatiku bertakbir, mulutku mengikuti. Dalam hati aku berdiri dan menghapalkan kembali ayat-ayat juzz terakhir yang masih kuingat. Malu rasanya jadi manusia yang hanya melantunkan kumpulan surat Qul dalam tiap sholat. Sebenarnya aku sempat menghapal, tapi entah, mungkin karena terlalu sering, tanpa sengaja tiba-tiba bibir hatiku selalu mengucap Surat Qul di tiap rakaat sholat. Perlahan namun pasti ingatan surat yang lain memudar. Akupun lupa, dan dilupakan. Namun di malam hari ini, aku ingin menghapalkannya, walau tidak bisa semua surat, paling tidak beberapa ayat saja, kuyakin Dia MAha Tahu apa yang kuniatkan.
11.02
Kudekati rak di depan, dan kuambil salah satu KitabNYA. Suara serakku mulai berkoar membaca tiap sukun, harokat, tajwid, dan ah entah apa itu namanya. Seperti orang yang sudah lama tidak naik sepeda, bacaanku terasa sendat di awal. Oh tidak kantuk menyerangku. Alhamdulillah, berarti aku ditakdirkan untuk bisa melaksanakan sholat sunnah yang mensyaratkanku tuk tidur terlebih dahulu. Otak konsepku kembali dihujam pertanyaan kenapa harus ada sholat malam yang bisanya dilaksanakan hanya setelah tidur??
Bukankah hal itu seperti Dia memberikan imbalan bagi orang-orang yang mau tidur di malam hari?? NAmun, ah sudahlah, aku disini bukan untuk berpikir, bukan untuk berkritis, ada waktunya sendiri nanti, saat ini, aku mau tidur guna bisa bangun lagi dan menjalankan sholat Tahajjud. And i say thoose beatifull pray, Bismika Allohumma Ahya wa Bismika Ammuud "In Your Name, Oh Allah, I die and live."
00.48
Suara indah itu bertambah banyak, bersautan dari beberapa penjuru. Aku terbangun, dan terkejut melihat betapa banyaknya umat Nya yang sudah siap mengorbankan kantuk dan waktunya demi mencari limpahan rahmat di malam ganjil ini. Sungguh aku terkesima. Tadi pada waktu aku terlelap jumlah manusia di sekitarku hanya sekitar sepersepuluh dari saat ini. Luar biasa. Aku menjadi semangad. Segera aku lari untuk mengambil air wudhu. Sepuluh menit kemudian aku sudah diatas sajadahku. Kusungkurkan kepalaku berulangkali ke tanahNYA. Kuberdoa untuk mengembalikan hatiku, dan mengisinya dengan lafadzh suci Al-Ikhlas. Belum pernah selama ini aku segembira ini dalam menjalankan sholat Tahajjud selama aku di duniaku. Disini aku gembira, dan semangad. Selesai sholat kuambil lagi salah satu mushaf. Kali ini bacaanku semakin lancar, latihan membaca sebelum tidur tadi lumayan membantuku menghilangkan keseleo lidah selama melantunkan ayat suciNYA, dengan semangad tinggi dan jiwa beribadah yang menggebu. Sayang, segala sesuatu yang berlebihan itu kurang baik. Semangadku ternyata membuat pita suaraku lepas kendali. Tanpa kusadari amplitudo suaraku naik setiap kali aku membalikkan satu lembar mushaf. Tanpa kusadari penguatan amplitudo ini membahana ke penjuru masjid. Dan terjadilah kejadian itu, seorang hamba Alloh berjalan lembut ke arahku, duduk disampingku, memegang pundakku, dan pelan berbisik kepadaku, "bacanya dipelanin donk mas".
Ooooppzz...
Aku terlalu nyaring, terlalu keasyikan dengan bacaanku hingga lalai dengan keberadaan orang-orang yang juga butuh kekhusyukan di sekitarku. Aku malu. Maafkan aku ya Rabb...hambamu ini memang masih perlu belajar banyak tentang kata-kata toleransi.
03.10
Alhamdulillah, setelah menikmati sholat Tahajjud dan Tadarus selama kurang lebih dua jam, adzan berkumandang. Jika tidak salah fungsinya untuk membangunkan orang sahur. Otakku kembali dihinggapi pertanyaan, bukankah fungsi adzan adalah untuk mengajak orang kemesjid guna melakukan sholat Wajib?? Lalu kenapa harus dikumandangkan adzan untuk tujuan membangunkan orang supaya sahur. Apakah esensinya untuk membangunkan orang supaya melakukan sholat sunnah Tahajjud?? Tapi kalau memang esensinya itu, bukankah Tahajjud hanyalah sholat sunnah biasa?? Bahkan sholat sunnah Ied yang sempat dianggap Fardlu 'Ain oleh Mahzab Hanafi tidak menggunakan adzan untuk mengumpulkan ummat. Aku bingung, namun, sekali lagi, aku kesini bukan untuk mengkritisi, sementara kusimpan pertanyaan ini, biar kesempatan lain menjawabnya. Saat ini aku hanya ingin menikmati sedikit suasana religi yang lama sekali tidak kurasakan.
Setelah adzan dikumandangkan aku melaksanakan sholat ganjil yang disukai Sang Witir. Tiga rakaat saja. Perutku sudah sedikit berargumen meminta tumbal sebelum menjalankan puasa. Kuikuti keinginannya, sambil berniat mengikuti sunnah nabi.
Kulangkahkan kakiku ke pekarangan untuk menghampiri motor bututku. Keluar area Masjid, bisa kurasakan hawa yang berbeda dengan daerah tempatku bermukim. Sepi...Mungkin karena areal Kauman bukanlah areal mahasiswa. Hanya satu dua warung yang buka, kebanyakan adalah franchise fast food terbanyak khas Indonesia "The Legendary RM Padang", salut untuk jiwa Foodpreneur orang Padang. They know how to keep brand awareness dari konsumen mereka. Sayang, brand itu sudah terlalu mendarah daging, sekali lagi I want something new. Motorku berdecit menikung di pertigaan Jl. Bridgen Katamso. Kulewati Jogjatronik yang perkasa, sambil tingak-tinguk mencari secercah harapan buat perutku. Sepi..Lagi-lagi hanya beberapa RM Padang menawarkan senyumnya seakan berkata pelan "Kami sudah bangun dan siap untuk bekerja di jam sepagi ini, mana rumah makan daerahmu?? Tidak heran hanya RM daerahku yang bisa berkembang sepesat ini di Indonesia. Our Corporate Culture is Powerfull and that's everything u need to grow in business world". Kepalaku mengangguk, yah, culture, betapa lemahnya culture-ku bahkan dibanding pegawai RM Padang yang untukmenghitung nasi satu tambah ayam satu memerlukan kalkulator untuk mengetahui harganya.
Lalu terlihatlah satu oase di gurun pasir yang dikelola orang jawa, this is where i belong. Kuhentikan motorku di depan lapak kecil bertuliskan "Sego Koyor", hantu penasaran hinggap di kepalaku, investigasi ala  pak Bondan siap diluncurkan. Investigasi pertama adalah dengan melihat-lihat kondisi warung itu,  jauuuhhhh dari layak, hanya sekedar gerobak berterpal khas tempat makan jawa lain. Kebersihan sepertinya bukan menjadi perhatian utama para managerialnya. Tempat itu dikelola oleh seorang simbah dan anaknya (yang juga sudah bapak-bapak), cuman berdua.
Satu poin untuk senyum hangat simbah putri ke aku, "mo tumbas apa nak??", poin kedua kuberikan untuk keramahannya. Keramahan ini beda dengan keramahan ala Pizza Hut atau McD,dan tempat makan lain, yang menggunakan keramahan komersial sebagai basisnya, keramahan kok dibuat SOP, sungguh ironis. Dari simbah beryuswo (umur) 74 tahun itu aku mendapatkan keramahan tulus tanpa SOP, ramah karena aku manusia, bukan ramah karena aku pelanggannya. Penasaran aku bertanya "sego koyor niku nopo mbah??"( sego koyor itu apaan mbah). Dengan sabar beliau bercerita tentang apakah yang disebut koyor padaku. Ternyata koyor tu semacam kikil plus plus. Plusnya adalah daging sapi yang masih ter-embed di sekitar kikilnya. Wow, menarik, langsung saja kuminta satu porsi sego koyor ga pake lama. Lima menit kemudian mulutku sudah bergulat dengan rasa koyor yang liat, gurih, manis dan bersantan, haduh kayaknya saya kurang pintar membuat ulasan kulinair. Tapi worthed kok, nasi koyor, plus teh panas, dan telur ceplok, dibrandol dengan harga Rp. 10.000 saja, itu sudah dengan bonus cerita "ndek jaman mbiyen" (jaman lalu) dari simbah putri. Jadi bagi teman-teman yang ingin mencoba sego koyor silahkan meluncur saja di jalan bridgen katamso di pagi hari. Tempatnya sekitar 500m selatan Jogjatronik, kiri jalan.
04.05
Aku sudah kembali ke Masjid Gede, sudah siap untuk melaksanakan ritual penutup Prosesi Repairing Operating Sistemku, yaitu sholat Subuh berjamaah. Ummat sudah semakin banyak. Tidak lama kemudian sholat subuh dimulai. Bacaan Imam sungguh tartil dan indah sekali. Aku terbuai dan ingin tetap berdiri, baca lagi, dan lagi, jangan rukuk dulu. Gayung bersambut walau aku tak tahu surat apa yang dibaca, namun Imam membacakan beberapa ayat yang cukup panjang. Puas rasanya.
Shubuh selesai dilanjutkan kultum dari seorang ulama. Isinya cadas, menerangkan tentang mana duluan, Islam atau Iman, dalam hati aku menjawab "tergantung ngomongnya pak, kalau pertanyaan tadi ya Islam dulu". Jawaban bodoh dan dangkal, tapi benar, walau alasannya salah. Menurut beliau duluan Islam, setelah orang sering melatih dirinya dan menjalani  semua ajaran Islam barulah sedikit demi sedikit akan tumbuh benih-benih keimanan dalam hatinya.
Ohh..begitu to pak..Bahkan bukannya tidak mungkin kalau kita beriman tanpa dilandasi perilaku islami yang kuat, lama kelamaan iman kita bisa dikikis waktu dan cara pemikiran yang salah. Lalu aku teringat virus Hedonis.VB yang ingin kuhapus dari awal, apakah hinggapnya virus itu dihatiku adalah karena antivirus yang kupasang masih belum kuat, yah mungkin saja. Iman adalah kernel hati kita, dan Islam adalah Operating Sistem sekaligus antivirusnya, kalau kita tidak mengupgrade OS kita dengan perilaku yang islami tentu virus-virus hati seperti Hedonis.VB mudah sekali bercokol disana. Masya Alloh, betapa jauhnya aku dari perilaku yang seharusnya kuanut ya Rabb..Sekali lagi ampuni hambamu yang kecil ini. Kali ini hambamu pamit dari salah satu Rumahmu, Service Centermu, namun ijinkan hambamu untuk terus membentengi hatiku dengan semangad berislam yang kuat dan sesuai dengan Anjuranmu.
Ufuk pagi tersenyum, saatnya kembali ke duniaku. Namun aku kembali dengan membawa suatu kisah yang insya Alloh bakal membawa kebaikan dalam perjalanan hidupku kemudian.
09.25
Kumulai menulis lagi setelah sekian lama tidak menulis. Blogku akhirnya terisi tulisan lagi. Mungkin masih kurang bermutu, tapi tak apalah, yang penting nulis. Biarkan ada sedikit kisah hidupku yang bisa kubagi dengan teman dan sahabatku.

"Bumi, 27 Ramadhan 1429H"

3 komentar:

khadijah mengatakan...

nice story Pak.. salud dengan kepekaan hatinya, semoga Allah selalu menjaga dalam indahnya taqwa,,=)

Putri mengatakan...

Sang Indra = indikator virus VBnya masih ada.
Klo Kang Indra = indikator mas Indra jadi orang Sunda.
Klo RM. Masakan Sunda, corporate culturenya gmn Kang? ;)

well done.

Sang Indra mengatakan...

haha...mbak putri..sori kurang ngerti maksuteh ni?? hehe. Itu tanya apa saran apa kripik ya?? :p